Kamera analog adalah kamera yang menggunakan film fisik sebagai media penyimpanan gambar, bukan sensor digital. Gambar terbentuk dari reaksi kimia antara cahaya dan lapisan fotosensitif pada film. Setelah proses pemotretan, film harus dicuci (developed) agar gambarnya bisa terlihat dan dicetak.
Cahaya masuk melalui lensa dan melewati aperture (bukaan).
Shutter terbuka selama waktu tertentu (shutter speed).
Cahaya mengenai film di belakang kamera.
Film yang telah terpapar dikembangkan menggunakan bahan kimia di ruang gelap.
Negatif film bisa dicetak atau dipindai menjadi digital.
Kamera digital adalah perangkat yang menangkap cahaya dan mengubahnya menjadi data digital, bukan gambar fisik di film. Gambar yang diambil bisa langsung dilihat, disimpan, disunting, dan dibagikan secara instan.
Perbedaan siknifikan dari kamera film adalah cara kamera ini menyimpan gambar. Jika kamera film menyimpan gambar menggunakan cara kimiawi (cahaya di ruangan gelap dan diserap oleh bahan khusus/roll film), kamera digital menggunakan sensor kamera canggih.
Ada beberapa jenis kamera digital yaitu :
Kamera handphone menggunakan sensor gambar yang sangat kecil, jauh lebih kecil daripada yang digunakan kamera profesional. Karena bidang yang harus “diterangi” cahaya itu kecil, maka lensa pun cukup kecil untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Tidak perlu tabung panjang atau kaca besar untuk mengarahkan cahaya. Semuanya bisa dilakukan dalam ruang sempit, cukup beberapa milimeter dari permukaan sensor.
Jarak antara lensa dan sensor pada kamera HP juga sangat pendek—hanya seujung kuku. Dengan jarak fokus sedekat ini, lensa tidak perlu panjang untuk bisa “menangkap” fokus dari objek yang difoto. Semakin pendek jaraknya, semakin tipis pula lensa yang dibutuhkan.
Tentu, dengan ukuran sekecil itu, ada keterbatasan optik. Tapi inilah keajaiban kamera handphone modern: kecerdasan buatan (AI) dan pemrosesan digital bekerja begitu canggih untuk menyempurnakan hasil gambar. Ketajaman ditingkatkan, warna diseimbangkan, hingga pencahayaan diperbaiki secara otomatis—semuanya dilakukan oleh prosesor pintar di dalam ponsel.
Kamera aksi dirancang bukan untuk duduk manis di tripod. Ia diciptakan untuk bergerak bersama penggunanya, ikut melompat dari tebing, menyelam ke laut, atau meluncur di jalur sepeda pegunungan. Karena itu, desainnya dibuat sekompak dan setangguh mungkin. Bodi kamera dilapisi dengan material yang tahan benturan dan air. Bahkan, banyak model yang bisa langsung menyelam tanpa pelindung tambahan—langsung merekam keindahan dunia bawah laut.
Dibalik ukurannya yang kecil, kamera aksi memiliki lensa sudut lebar (wide-angle) yang sangat khas. Lensa ini memungkinkan kamera menangkap bidang pandang yang luas, bahkan saat kamera diletakkan sangat dekat dengan objek. Inilah mengapa footage dari kamera aksi sering terlihat dramatis—seolah kita ikut berada di dalam aksi tersebut. Lensa wide-angle juga membantu saat kamera ditempatkan di helm, dada, atau bahkan ujung papan selancar, tanpa kehilangan momen penting di sekitarnya.
Kamera ini juga dibekali teknologi stabilisasi digital yang sangat kuat. Saat kamu berlari, bergetar, atau bahkan berputar di udara, kamera akan tetap berusaha menjaga gambar tetap stabil dan tidak bergoyang. Hasil akhirnya adalah video yang tetap mulus, seolah-olah direkam dengan alat mahal di studio profesional.
Daya tahan baterai memang tak sepanjang kamera besar, tapi kamera aksi mengimbanginya dengan efisiensi dan modularitas. Kamu bisa membawa baterai cadangan, menambahkan aksesori seperti mount, tripod kecil, atau bahkan pelindung lensa, semua dalam ukuran yang tetap ringkas. Bahkan, beberapa model terbaru kini dilengkapi dengan layar sentuh kecil, perintah suara, dan kemampuan live streaming—semua dalam bodi seukuran kotak korek api.
Kamera instan, seperti yang populer dari merek Polaroid atau Fujifilm Instax, menggabungkan kamera dan printer dalam satu alat. Tapi jangan bayangkan printer dengan kabel dan tinta. Semua proses terjadi di dalam lembaran film yang tampak seperti kertas kecil, dan semuanya berlangsung secara kimiawi—tanpa perlu komputer, tinta, atau aplikasi edit.
Saat kamu menekan tombol jepret, lensa menangkap cahaya dan membentuk gambar pada lapisan sensitif dalam film. Begitu film keluar dari kamera, proses kimia di dalam kertas foto itu langsung aktif. Dalam beberapa detik hingga menit, warna-warna mulai muncul perlahan—seperti sulapan—hingga gambar akhirnya terbentuk utuh.
Kamera drone adalah kamera yang terpasang pada pesawat tanpa awak (drone) dan dikendalikan dari jarak jauh. Ia melayang di udara, stabil seperti tripod tak kasat mata, dan menangkap gambar dari sudut yang mustahil dijangkau kamera biasa. Kualitasnya pun tak main-main—banyak drone modern sudah dilengkapi sensor besar, resolusi tinggi, dan fitur video 4K bahkan 8K, memungkinkan gambar tampak tajam meski diambil dari ratusan meter di atas tanah.
Yang membuat kamera drone unik bukan hanya sudut pengambilan gambarnya, tapi juga kemampuan manuver dan kestabilannya. Dengan teknologi gimbal 3-axis, getaran akibat angin atau gerakan terbang bisa diredam, menghasilkan footage yang halus dan profesional, bahkan saat drone melaju cepat atau berputar tajam.
Salah satu jenis kamera profesional yang paling dikenal adalah kamera medium format. Kamera ini memiliki sensor jauh lebih besar dari DSLR biasa, menghasilkan gambar dengan resolusi sangat tinggi dan rentang dinamis yang luar biasa. Medium format sering digunakan dalam fotografi fashion, iklan, atau karya cetak besar karena mampu menangkap detail hingga pori-pori kulit atau tekstur halus kain. Warnanya lebih dalam, transisi cahayanya lebih lembut—membuat setiap foto terasa seperti karya seni.
Di dunia arsitektur dan teknik, ada kamera teknik atau view camera yang bisa mengubah posisi lensa dan sensor secara terpisah. Ini memungkinkan kontrol presisi atas perspektif dan bidang fokus—sangat penting untuk memotret bangunan tinggi tanpa distorsi atau membuat semua bidang datar tetap tajam. Kamera jenis ini sering digunakan oleh fotografer arsitektur atau reproduksi karya seni museum.
Dalam dunia riset, medis, dan industri, terdapat kamera yang dirancang untuk tugas-tugas sangat spesifik, seperti:
Kamera termal, yang menangkap suhu, bukan cahaya.
Kamera spektral, untuk melihat panjang gelombang cahaya tak terlihat oleh mata manusia.
Kamera berkecepatan tinggi, yang bisa merekam ribuan frame per detik untuk menganalisis gerakan sangat cepat seperti letupan atau percikan.
Kamera ini bukan sekadar alat dokumentasi, melainkan bagian dari proses analisis dan observasi ilmiah.
Untuk produksi film dan televisi, digunakan kamera khusus seperti Arri Alexa atau RED Digital Cinema, yang mampu merekam dalam format RAW beresolusi sangat tinggi, dengan fleksibilitas warna dan detail yang sangat besar. Kamera ini juga dirancang untuk bekerja dengan rig, lensa sinema, dan peralatan produksi lain, menjadikannya standar dalam industri film Hollywood.